Optika.id - Seringkali kita melihat, atau bahkan mengalami, kesibukan dan tekanan yang ada di pekerjaan atau kantor yang mengharuskan bekerja lembur dan menyelesaikan tugas di luar jam yang seharusnya sehingga bisa menimbulkan stress serta mengganggu pola tidur.
Pola tidur yang terganggu itu pada akhirnya bisa mengakibatkan kurang tidur. hal tersebut sering berulang dan bisa menjadi kebiasaan yang merugikan jika dilakukan secara teratur.
Baca Juga: Pentingnya Tidur yang Cukup: Dampak Kurang Tidur pada Kesehatan
Hal tersebut perlu disadari oleh tiap orang bahwa begadang bisa berpotensi untuk mengganggu ritme alami tidur serta istirahat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan otak itu sendiri.
Berdasarkan rekomendasi dari The National Sleep Foundation, jumlah waktu tidur yang berbeda ini ditentukan berdasarkan usia. Pada orang dewasa rentang usia 18-65 tahun durasi tidur paling baik yakni 7 hingga 9 jam setiap harinya.
Tidur yang cukup adalah kunci bagi otak untuk berfungsi secara optimal. Pasalnya, selama tidur otak menjalani berbagai proses penting seperti membersihankan racun-racun metabolic, konsolidasi ingatan, serta mempersiapkan diri untuk tugas-tugas kognitif di masa mendatang.
Menyebabkan Kerusakan Otak Permanen
Dikutip dari laman Sleep Center, Selasa (14/11/2023), kurang tidur ini biasanya timbul karena berbagai faktor misalnya masalah dalam keluarga, pekerjaan, atau adanya hambatan hidup yang tiba-tiba. Alhasil, faktor-faktor tersebut dapat menciptakan kecemasan sehingga mengganggu waktu istirahat yang dibutuhkan untuk tidur lebih berkualitas.
Selain itu, menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience, kurangnya tidur secara kronis ini bisa menyebabkan hilangnya sel-sel otak secara permanen.
Baca Juga: Pernah Mimpi Seperti Terjun Bebas? Kenalan Sama Kondisi Hypnagogic Jerk
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para Ilmuwan dari Fakultas Kedokteran Universitas Pennsylvania Amerika Serikat pada tikus laboratorium yang ditempatkan dalam pola tidur sehari-hari seperti para pekerja umumnya. Pengujian yang dilakukan selama tiga hari itu menemukan bahwa tikus mengalami peningkatan kematian sel dan kehilangan sekitar 25% neuron yang berperan penting dalam kewaspadaan dan kognisi optimal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dalam keterangannya, salah satu peneliti bernama Sigrid Veasey yang merupakan professor Kedoteran di Universitas Pennsylvania memaparkan bahwa hasil penelitian tersebut bisa terjadi pada manusia juga.
"Sayangnya, beberapa penelitian pada manusia telah menunjukkan bahwa rentang perhatian dan beberapa aspek kognisi lainnya mungkin tetap tidak normal. Bahkan setelah tiga hari tidur pemulihan, ini bisa memunculkan pertanyaan tentang kemungkinan adanya kerusakan yang berlangsung lama di otak," ujar Veasey.
Kendati mereka mengakui bahwa penelitian yang dilakukan masih perlu diperdalam, namun mereka juga khawatir bahwa manusia mungkin mengalami cedera neuron serupa yang mana upaya menyesuaikan kembali jam tidur tidak lagi efektif.
Baca Juga: 5 Tips Sederhana Menjadi Morning Person, Hindari Begadang
Adapun yang dimaksud dengan cedera neuron sendiri merupakan kerusakan pada sel-sel saraf yang menjadi komponen penting dalam sistem saraf manusia. Kerusakan ini bisa berakibat buruk karena sel-sel saraf ini bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal elektrik dan kimia dalam sistem saraf.
Alhasil, kondisi tersebut bisa mengganggu kemampuan seseorang dalam mengontrol gerakan tubuh, mengalami kelemahan otot, menyebabkan kelumpuhan hingga masalah koordinasi. Kerusakan neuron ini juga bisa mengakibatkan hilangnya rasa atau sensasi tubuh yang sangat memengaruhi kualitas hidup.
Lebih lanjut dampak lainnya dari kebiasaan yang terkesan sepele ini adalah gangguan fungsi kognitif seperti kemampuan ingatan, proses berpikir dan pemahaman. Dalam banyak kasus, cedera neuron menghasilkan keterbatasan fisik yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang secara keseluruhan.
Maka dari itu, menjaga pola tidur yang teratur dan cukup penting untuk membantu melindungi kesehatan saraf serta mencegah risiko kesehatan lainnya. Di sisi lain, hal tersebut juga bisa melindungi neuron serta mencegah dampak kurang tidur pada kesehatan dan kualitas hidup yang sangat penting.
Editor : Pahlevi