Jakarta (optika.id) - Calon presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto yang berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka diyakini tidak akan bersedia dikendalikan Presiden Joko Widodo kalau dirinya menjadi presiden. Karena itu konflik di antara keduanya pun tidak akan terelakkan, bahkan perang besar seperti Perang Bharatayudha dalam kisah pewayangan akan pecah.
Demikian disampaikan pengamat politik senior Ikrar Nusa Bhakti saat berbicara dalam acara Demos Festival dengan tema Omon-Omon Soal Oposisi di Jakarta akhir pekan kemarin, seperti dikutip dari kanal YouTube @Jakartanicus, Senin, (11/3/2024).
Baca Juga: Isu Partai KIM Ikuti Saran Jokowi Setelah Menjabat, Pengamat Ungkap Tergantung Hubungannya!
Sebelum menyinggung Perang Bharatayudha, Ikrar terlebih dahulu menanggapi usulan konsultan politik Prabowo, Denny JA, soal perlunya pembentukan koalisi semi permanen yang dipimpin Golkar-Gerindra, dua partai terbesar dalam pemerintahan Prabowo-Gibra, untuk memastikan kesinambungan kepemimpinan selama 20 tahun ke depan agar target Indonesia menjadi negara terbesar keempat di dunia secara ekonomi pada tahun 2045 tercapai.
Ikrar meragukan koalisi semi permanen tersebut akan terwujud. Karena saat ini saja, potensi konflik di antara kedua partai itu sudah mulai mencuat. Terutama karena faktor perolehan suara Golkar yang jauh melampaui raihan partai pimpinan Prabowo tersebut pada pemilihan legislatif.
Tapi kalau saya boleh berterus terang, kedua partai ini sebetulnya tidak baik-baik banget. Kenapa demikian? Karena Partai Gerindra tampaknya juga sedang kesal karena di hari-hari terakhir menjelang pencoblosan bahkan pada hari pencoblosan, itu suara Golkar melambung tinggi bahkan melampaui perkiraan orang. Dan impian dari Partai Gerinda yang akan menjadi partai nomor satu di Indonesia ternyata hanya impian belaka, enggak tercapai, bebernya.
Hubungan yang sudah mulai menghangat ini, menurutnya, bukan mustahil akan memanas setelah Prabowo resmi dilantik pada 20 Oktober 2024 mendatang andai akhirnya KPU memutuskan Prabowo-Gibran pemenang Pilpres 2024. Akan terjadi apa yang disebut dengan, kalau buat saya ini Perang Bharatayudha, lanjutnya.
Soal kenapa Perang Bharatayudha di antara Prabowo-Jokowi akan terjadi, dia menjelaskan, karena keduanya akan saling bertempur untuk memperebutkan pengaruh siapa yang sebenarnya menjadi penguasa Indonesia.
Dan saya hakulyakin Prabowo tidak mau menjadi seperti kambing congek yang kemudian menurut saja pada apa yang diinginkan Jokowi. Sampai detik ini memang Prabowo selalu mengatakan dia tunduk kepada presiden. Karena dia memang posisinya masih sebagai Menteri Pertahanan, ungkapnya.
Namun begitu resmi menjadi presiden sebagai pemilik kekuasaan tertinggi di Indonesia, dia yakin, Prabowo tidak akan mau diatur-atur oleh Jokowi lagi. Nah, saat itulah Perang Bharatayudha itu bakal terjadi kalau Jokowi, yang kini diisukan sedang berupaya mengambil alih kepemimpinan Golkar, berhasil memimpin partai beringin tersebut.
Baca Juga: Ikrar Nusa Bhakti: Apa yang Dilakukan Jokowi Bukan Kepentingan Rakyat
Kalau nanti misalnya Golkar ternyata memberi kesempatan kepada Jokowi untuk menjadi ketua umum, itulah yang tadi saya katakan Perang Bharatayudha akan benar-benar terjadi. Dan kalau itu sudah terjadi, tidak mungkin mereka akan melakukan konsolidasi kekuasaan untuk jalannya pemerintahan di republik ini, ucapnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Karena jangankan mengawal kekuasaan untuk 20 tahun ke depan, dia memprediksi, untuk memastikan pemerintahan berjalan selama satu periode saja, yaitu lima tahun, bakal sulit. Karena kabinet Prabowo-Gibran bakal diwarnai penuh dengan konflik-konflik kepentingan.
Karena di satu sisi, Prabowo yang sudah bermimpi puluhan tahun menjadi presiden dan baru terwujud saat ini, pada sisi lain Jokowi sedang berusaha untuk tetap menguasai setelah ambisinya untuk memimpin pada periode ketiga atau setidaknya kepemimpinannya diperpanjang lewat penundaan pemilu, kandas.
Tapi paling tidak, dia ingin menguasai Indonesia. Tidak sebagai posisi presiden, tapi sebagai posisi ketua partai yang terbesar di republik ini, demikian Ikrar Nusa Bhakti.
Baca Juga: Pengamat: Banyak Sivitas Kritik Jokowi, Aksi Seperti 98 Bisa Kembali Terjadi
Sebagaimana diberitakan, selain Denny JA, pada sisi lain Wakil Ketua Dewan PSI Grace Natalie juga menyatakan Presiden Jokowi semestinya menjadi sosok yang berada di atas semua partai politik. Grace mengungkapkan, ada usul dari Ketua Dewan Pembina PSI Jeffrie Geovannie agar Jokowi dapat memimpin koalisi partai politik yang punya kesamaan visi menuju Indonesia emas.
Saya pikir ide bagus juga, Pak Jokowi mungkin bisa jadi ketua dari koalisi partai-partai, semacam barisan nasional, partai-partai mau melanjutkan atau punya visi yang sama menuju Indonesia emas, kata Grace, seperti dilansir Kompas.com, hari ini.
Sebagaimana diketahui, pasangan Prabowo-Gibran diusung Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, PBB, dan Partai Geloran. Pasangan ini menang mutlak berdasarkan hitung cepat semua lembaga survei yang memungkinkan untuk menang satu putaran.
Meskipun pasangan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud MD menuding kemenangan itu karena adanya kecurangan bahkan secara TSM. Karena itu keduanya siap untuk menggugat ke Mahkamah Konstitusi (MK) bahkan partai-partai mereka di DPR siap untuk menggunakan hak angket untuk berbagai dugaan kecurangan tersebut.
Editor : Pahlevi