Calon Tunggal No: Melanjutkan atau Perubahan?

author Danny

- Pewarta

Rabu, 17 Jul 2024 20:45 WIB

Calon Tunggal No: Melanjutkan atau Perubahan?

Surabaya (optika.id) - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 dilakukan serentak tahun ini. Proses Pilkada 2024 terdiri atas tahapan persiapan dan tahapan penyelenggaraan. Tahapan Pilkada serentak 2024 diatur dalam Peraturan Komisi PemilihanUmum (PKPU) Nomor 2 Tahun 2024 tentang Tahapan dan Jadwal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota. Pilkada ini menjadi pesta demokrasi Indonesia tahap kedua setelah Pemilihan Umum yang meliputi Pemilihan Presidendan Wakil Presiden serta Pemilihan Legislatif dari tingkatPusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. Pilkada yang akan diselenggarakan pada 27 November 2024 merupakan penyelenggaraan debut Pilkada serentak seluruh Indonesia di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, termasuk di Provinsi Jawa Timur yang akan memilih Gubernurnya.

The Republic Institute telah menjadi bagian prosesdemokrasi di tingkat nasional Indonesia, juga demokratisasi di tingkat lokal termasuk di Provinsi Jawa Timur. Kehadiran kami bertujuan untuk partisipasi publik sekaligus memberikan pendidikan politik kebangsaan, dengan cara kerja-kerja ilmiah dan akademik, yakni dengan melakukan penelitian perilaku memilih (voting behaviour). Riset ini  bersifat independen dan transparan guna mengukur issu-issu yang mengiringi Pilkada dan mengukur seberapa besar tingkat kecenderungan dan partisipasi pemilih Masyarakat Jawa Timur menjelang Pilkada 2024 yang akan terlaksana beberapa bulan lagi.

Baca Juga: Survei The Republic Institute: Anies-AHY Kalahkan Ganjar-Puan

Jenis penelitian yang kami lakukan adalah berbentuk survei, dengan teknik pengambilan sampel adalah stratified Random Sampling dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 1200 responden, yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Jawa Timur, kemudian diturunkan ke kecamatan, lalu dilanjutkan ke tingkat Kelurahan, lalu diturunkan ke tingkat  RT, Rumah dan menentukan subjek penelitiannya. Waktu pengambilan sampel dengan wawancara langsung ke responden dilakukan pada tanggal 5-12 Juli 2024, dengan margin oferror sebesar 2,8 %.

Mengukur Tingkat Partisipasi Pemilih Menjelang Pilgub Jatim 2024

Dari hasil penelitian ini The Republic Institute menemukanbahwa menjelang Pemilihan Kepala Daerah di Jawa Timur tahun 2024 mendatang yang akan memilih Bupati/Walikota dan Gubernur. Gegap gempitanya sudah mulai dirasakan Masyarakat Jawa Timur dengan tingkat pengetahuan Masyarakat Jatim jika tanggal 27 November 2024 mendatang akan dilaksanakan Pilkada serentak sebesar76n hanya sebesar 24% yang belum mengetahuinya, Hal ini menunjukan sudah ada kegiatan sosialisasi dan pengenalan pasangan calon kepala daerah yang dilakukan oleh partai politik serta stakeholder secara massif hingga tingkat akar rumput baik melalui media baliho atau melalui sosial media. 

Potensi Kehadiran Memilih Tinggi, Tetapi Kepastian terhadap Pilihannya Masih Rendah

Ini anomali pilihan Masyarakat dalam merspon persiapan pilgubJawa Timur, Responden yang merepresentasikan Masyarakat Jatim, berpendapat jika ditanya apakah akan menyalurkan suaranya pada pilkada mendatang maka yang pasti datang dan akan menyalurkan suaranya pada Pilgub mendatang sebesar 65%, Presentase kehadiran pemilih ini cukup kecil jika kita bandingkan dengan angka partisipasi pemilih pada Pileg/Pileg 2024 bulan februari lalu. Tetapi kalau kita Analisa yang masih ada waktu sekitar 4 bulan lagi maka kesiapan pemilih hadir ke TPs sudah sangat Tinggi. 

Bisa jadi juga bisa dilatar belakangi, Jika kita bandingkan dengan Pilgub Jatim sebelumnya, Gempita Pilgub Jatim periode 2024 ini, tampaknya tidak semenarik dan seramai Pilgub sebelumnya, karena sampai pada waktu penelitian ini dilaksanakan, masih belum ada calon lain selain petahan yang memastikan dan mendeklarasikan diri untuk maju melawan Petahana di Pilgub Jatim 2024.

Justru fenomena yang ditemuakan masyarakat Jatim saat inihanya terfokus pada Pilihan Bupati/Walikota di masing-masing Kabupaten/Kota yang dianggap lebih menarik sehingga belum terfikirkan untuk pilihan Gubernur dan Wakil Gubernurnya. Bahkan dilihat dari temuan tingkat Kepastian Pilihannya juga hanya sebesar 30% yang pasti gak berubah dan masih ada 59lum pasti atas pilihannya sekarang yang kecenderunganya dapat berubah akan pilihannya itu. Artinya pada data ini sebenernya masih ada peluang yang cukup besar bagi calon Gubernur lain untuk menantang petahana di kontestasi Pilgub Jatim 2024 mendatang.

Baca Juga: Dua Ketum Parpol Ingin Tunda Pemilu, Sufyanto Ajak Elite Politik Patuhi Konstitusi

Narasi Perubahan atau Melanjutkan Status Quo?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Branding dalam politik adalah cara untuk membangun citra, identitas, dan reputasi bagi seorang politisi, partai politik, atau gagasan politik tertentu. Hal ini penting karena memengaruhi persepsi masyarakat terhadap pemimpin, memudahkan pemilih dalam mengidentifikasi nilai dan tujuan yang diwakili, serta membentuk kesan yang kuat dan konsisten. Termasuk dalam penentuan narasi Perubahan atau melanjutkan bagi Paslon yang akan maju dalam kontestasi Pilgub Jawa Timur Mendatang.

Survei The Republic Institute menanyakan mengenai Harapan Masyarakat Jawa Timur lebih menginginkan pemimpin yang mampu membawa perubahan atau menginginkan keberlanjutan kepemimpinan/status quo, dari hasil survei 53,2% Persen Masyarakat Jawa Timur per hari ini menginginkan keberlanjutan atau status quo, dan yang menginginkan Perubahan sebesar 38,7%.

Meskipun masyarakat Jawa Timur yang menginginkan narasi keberlanjutan sudah 53,2%, tetapi belum benar-benar mayoritas. Sebab angka yang menginginkan perubahan juga dinilai cukup besar, hal ini tidak terlepas dari keinginan pemilih-pemilih kritisyang menginginkan perubahan dan inovasi gagasan dalam memimpin di Jawa Timur mendatang sehinga mampu mengatasi berbagai masalah di Jawa Timur. Hasil survei ini merepresentasikan harapan Masyarakat Jatim kepada Calon Gubernur dan Wakil Gubernur kedepan bukan hanya sekedar melanjutkan kepemimpinannya tapi juga harus tetap ada  yang membawa narasi perubahan, inovasi, dan perbaikan dalam kepemimpinan di Jawa Timur. Sebagaimana lebih jelas data berikut beserta sebarannya di masing-masing Kabupaten Kota.

Baca Juga: The Republic Institute: Pilihan pada Tokoh Lebih Tinggi daripada Partai Politik

Calon Tunggal No, Head to Head lebih disukai

Pada dasarnya dalam suatu kontestasi dalam alam demokrasi melalui pemilu dibutuhkan adanya kontestasi/persaingan antara dua atau lebih kandidat. Menurut Huntington (dalam Alexander 2015) ada dua unsur penting dalam demokrasi yaitu kontestasi secara adil dan partisipasi masyarakat. Namun dalam konteks calon tunggal tidak dirasakan adanya persaingan seperti yang diharapkan.

Survei The Republic Institute yang meminta pendapat masyarakat Jawa Timur mengenai harapan jumlah Paslon pada kontestasi Pilgub Jatim mendatang, Hasilnya 58,8% Masyarakat Jatim menginginkan Pilgub diikuti oleh dua pasang calon atau head to head karena Masyarakat menginginkan adanya pesta demokrasi yang tidak hanya diikuti oleh satu paslon saja. Meskipun sebesar 24,3% menginginkan adanya 3 (tiga) pasangan calon dan pilihan untuk paslon Tunggal hanya 13,2% saja. 

Pilihan Masyarakat tampaknya berbeda dengan keinginan elit, yang sampai saat ini masih berhasrat kepada calon Tunggal Petahana. Kehadiran calon tunggal bagi Masyarakat dirasa tidak menghadirkan opsi pilihan bagi masyarakat. Namun hanya dibatasi atau dipaksa dengan pilihan setuju atau tidak setuju dengan calon yang ada. Hal ini mengurangi nilai kompetisi seperti yang diharapkan. Pilkada calon tunggal tidak menghadirkan adu gagasan, ide, inovasi dari berbagai kandidat yang bisa menjadi penilaian bagi masyarakat. Hal ini yang mendasari keinginan Masyarakat Jawa Timur yang menginginkan adanya Dua Paslon atau secara Head to Head berkompetisi di Pilgub Jatim Mendatang.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU