Optika.id Miftah Maulana Habiburrahman atau yang biasa dipanggil Gus Miftah resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus presiden pada Jumat (6/12/2024).
Miftah sebelumnya mendapatkan kecaman dari masyarakat setelah video dirinya yang menghina seorang penjual es teh, viral di media sosial. Hal ini bahkan menjadikan Presiden Prabowo Subianto dan Sekretaris Kabinet Mayor Teddy Indra Wijaya memberikan teguran keras.
Baca Juga: Jika PDIP Bersama Anies, Pilpres 2029 Bisa Jadi Hadirkan Calon yang Kuat!
Diketahui, bahwa dari kejadian ini ada petisi yang menyuarakan agar Miftah mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan Beragama dan Sarana Keagamaan.
Menanggapi hal ini, pakar politik Universitas Airlangga, Dr. Aribowo, M.S. memberikan komentarnya. Ia menyebut bahwa masyarakat sudah mulai kritis terhadap titik-titik kekuasaan yang bergentayangan begitu kuat dalam unsur politik, sosial, dan keagamaan yang jarang disentuh.
Maka dengan satu titik kecil saja unsur yang bersifat diskriminatif terhadap orang bawah, maka emosi perlawanan itu semakin kuat, ungkap Aribowo di Surabaya, Jumat (6/12/2024).
Aribowo menekankan bahwa dari kejadian ini menunjukkan bahwa kekuatan civil society itu masih kuat untuk mengontrol kekuasaam-kekuasaan yang dianggap arogan.
Media Sosial Menjadi Kekuatan Politik Baru
Baca Juga: Pengamat Sebut Elektoral Demokrasi Indonesia Sedang Bermasalah!
Media sosial menjadi kekuatan politik baru. Dengan kekuatan media sosial yang bisa memobilisasi netizen untuk menyayangkan tindakan sewenang-wenang dari pemangku jabatan, kata Ari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia menyebut bahwa bagaimana media sosial bisa menggerakkan netizen di berbagai daerah, meski kejadiannya di sebuah acara dalam lingkup wilayah yang kecil.
Lewat disebarkannya video pengajian Miftah yang menunjukkan bagaimana ia menghina seorang masyarakat biasa yang tengah berjualan es teh, menjadikan masyarakat murka dan banyak memberikan bantuan pada sang penjual es teh tersebut, dan memberikan kecaman kepada Miftah yang notabene pemangku jabatan.
Ini menunjukkan bahwa instrumen teknologi telah berubah menjadi bagian dari kekuatan politik untuk memberikan tekanan pada policy maker, tambah Ari.
Baca Juga: HUT Golkar, Gus Miftah Sebut Jokowi Bukan Antikritik
Ari menambahkan, bahwa dari kejadian ini menjadikan masyarakat semakin muak dengan simbol-simbol agama karena sudah sering digunakan untuk kepentingan politis oleh beberapa pihak.
Rasa muak masyarakat akhirnya semakin bertumpuk, karena ia (Miftah) kemanapun membawa simbol agama. Namun, di balik keagamaan itu ia mendapatkan kekuasaan, material, dan popularitas, tapi selama ini tidak tersentuh kesalahannya, ungkap Ari.
Dengan adanya kejadian ini, maka tak heran jika kemarahan masyarakat meledak dan berujung pada pengunduran diri Miftah dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden bidang Kerukunan Beragama dan Sarana Keagamaan.
Editor : Pahlevi