Optika.id - Kelakuan kawula muda yang tidak mau ketinggalan jaman dan tren alias fear of missing out (FOMO) mulai menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah perilaku konsumtif yang negatif sebagai imbas dari ikut-ikutan tren yang sedang hype.
Deputi Komisioner Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sarjito pun meminta kepada anak muda milenial dan gen Z untuk tidak larut dalam gaya hidup FOMO tersebut.
Baca Juga: Sebelum Menikah, Penting Bahas Keuangan Dulu!
Pasalnya, dengan menuruti gaya hidup FOMO, para anak muda ini bisa terlilit utang di pinjaman online (pinjol) untuk menuruti kebutuhan yang sama sekali tidak mendesak.
"Kita harus edukasi agar anak muda tidak pragmatis dalam hidup, tidak mudah FOMO. Nonton konser sampai korbankan apapun misalnya," ujar Sarjito, dalam keterangannya dikutip Optika.id, Kamis (23/11/2023).
Anak muda semestinya mampu menahan diri dari perilaku yang konsumtif dan ikut-ikutan tren. Dia mengkhawatirkan akan dampak besarnya yang nanti menjadi kultur atau kebiasaan baru di kemudian hari terhadap mayoritas anak muda.
Semakin banyak anak muda yang menuruti gaya hidup, imbuhnya, maka akan berefek terlilit utang pinjol dan tidak mampu bayar serta bisa menyebabkan dampak turunan seperti stress atau bahkan sampai bunuh diri.
Baca Juga: Simbiosis Parasitisme Kerjasama Universitas dengan Pinjol
Apalagi, sejauh laporan yang diterima oleh pihaknya, banyak anak muda saat ini yang tidak mampu membayar utang pinjol bahkan tidak ingin membayar utangnya. Hal tersebut akan berimbas pada catatan keuangan yang dianggap tidak baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
"Ini tugas kita bersama agar anak muda tidak kebiasaan konsumtif. Sebab milenial dan gen z saat ini itu banyaknya konsumtif tapi tidak peduli dengan risiko," beber Sarjito.
Sementara itu dalam keterangan yang sama, Anggota Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo menerangkan bahwa memang mayoritas masyarakat Indonesia saat ini menggunakan jasa pinjol untuk perilaku konsumtif dan bukan untuk kebutuhan mendesak.
Baca Juga: Hitung-hitung Untung Rugi Student Loan
Padahal, ucapnya, pinjol yang tergolong produk jasa keuangan ini mempunyai karakteristik sesuai dengan peruntukannya. Apabila digunakan untuk perilaku konsumtif, maka efeknya bisa negatif. Akan tetapi, apabila pinjol tersebut digunakan untuk kebutuhan produktif, maka bisa menjadi positif pula.
"Sebagian besar masyarakat menggunakan pinjol ketika konsumtif dan tanpa perhitungan untuk membayar, ini yang rawan menjadi masalah," tutur Sudaryatmo.
Editor : Pahlevi