Suasana Pilpres Jangan Dibuat Mencekam

author Dani

- Pewarta

Rabu, 27 Des 2023 08:26 WIB

Suasana Pilpres Jangan Dibuat Mencekam

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Diiming-imingi HGU 500 tahun pun Investor Belum Mau Masuk

Optika.id - Indonesia sudah mengalami berbagai pemilihan umum sejak pemilihan umum pertama kali tahun 1955 sampai sekarang, dan ini adalah proses demokrasi yang panjang bagi rakyat Indonesia. Ada yang berpendapat bahwa pemilu tahun 1955 itu adalah pemilu yang sangat demokratis dan terus berlanjut pada pemilu-pemilu berikutnya mulai tahun 1971 setelah zaman Orde Baru (Orba) dibentuk.Publik masih ingat pada pemilihan umum pada jaman Orba itu masyarakat menyaksikan betapa menegangkan sebuah pemilihan itu. Ratusan truk, bus, ribuan sepeda motor yang penuh dengan pendukung partai berteriak-teriak seperti suporter sepak bola. Sering terjadi gesekan- saling mengejek, perkelahian antar-pendukung partai politik. Di daerah pantai utara Jawa Tengah misalnya, sering terjadi perkelahian para pendukung dua Parpol. Sering juga terjadi kecelakaan yang semuanya itu mengambil nyawa para pendukung parpol. Rakyat pada umumnya menghindar kalau ada konvoi partai politik, menghindari tempat di mana ada kampanye politik, betul-betul menakutkan.

Namun kini, secara gradual rakyat mulai matang berdemokrasi, cara-cara konvoy yang menyebabkan gesekan itu sudah dihilangkan. Sekarang rakyat terbiasa dengan model debat kandidat seperti yang ada di negara-negara maju. Pertemuan dengan para kandidat, rakyat menyaksikan kandidat berada di pasar, rumah sakit, panti asuhan dsb. untuk mencari dukungan. Rakyat juga bisa melihat kualitas para calon ketika berdebat.

Karena panjangnya pengalaman rakyat Indonesia berdemokrasi ini maka dunia mengakui bahwa Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Rakyat sudah tidak tegang lagi menghadapi berbagai pemilihan dari Pilkades, Pilbub, Pilkot, Pilgub, Pilpres, malahan menyambutnya dengan riang gembira. Para pengamat pemilihan dari luar negeri terheran-heran dengan banyaknya warna-warni di TPS, di mana para petugas TPS berpakain macam-macam, ada yang seragam batik, ada yang mengenakan pakaian adat, dan ada yang memakai kostum wayang orang. Tidak ada lagi ketegangan lagi di TPS di mana masing-masing pendukung calon atau Parpol saling curiga mencurigai. Karena itulah ada pengamat luar negeri yang meyebutnya sebagai “Festivities of Democracy” atau Pesta Demokrasi terbesar di dunia. Pesta demokrasi nanti itu kilmaknya terjadi di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang di tahun2024 nanti jumlahnya sebanyak 823.220 titik yang tersebar pada: 820.161 TPS Dalam Negeri dan 3.059 TPS Luar Negeri. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 pemilih.

Karena itu suasana perayaan demokrasi atau Festivities of Democracy yang meriah dan penuh suka cita itu janganlah dirubah menjadi suasana yang mencekam, menegangkan seperti yang terjadi di berbagai negara yang pemilunya diwarnai dengan tindakan anarkis dan narasi para pejabat pemerintah yang ikut menyumbangkan ketegangan itu.

Baca Juga: Di Tempat Saya Satu Bungkus Nasi Rp 5.000,-

Baru-baru ini viral video yang berdurasi 0:52 menit dari Mendagri Tito Karnavian yang beredar di beberapa media benar-benar sangat mengejutkan. Apalagi, di dalamnya terdapat narasi bisa saja cawapres itu mendapatkan ancaman pembunuhan. Netizen pun bertanya, Apakah, “Peringatan, Ancaman atau Perintah keapda snipernya untuk melakukan eksekusi,” katanya. Tentu saja, mengapa tiba-tiba Mendagri Tito menebar ketakutan seperti itu? Ini ditujukan kepada siapa? Karena setidaknya ada tiga Capres dalam kontestasi Pilpres 2024 nanti. Yaitu Capres Nomor Urut 1 Anies Rasyid Baswedan, Nomor Urut 2 Prabowo Subianto, dan Nomor Urut 3 Ganjar Pranowo. Warning itu ditujukan kepada siapa? Kalau Capres Prabowo dan Capres Ganjar, rasanya tidak mungkin. Karena keduanya masih termasuk “orang Istana”. Ada yang menduga kuat, warning Tito itu ditujukan ke Capres Anies. Video “tebar ketakutan” oleh Mendagri Tito tersebut sebagai sebuah “perintah” agar segera dilakukan eksekusi. Jika ada capres terbunuh.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meski Tito memberi warning yang dikaitkan dengan penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang saat itu sedang berpidato dalam sebuah acara kampanye di wilayah Kota Nara, Jepang, namun narasi dan warning tersebut, jelas ditujukan ke Capres tertentu di Indonesia. Sekedar mengingat, mantan PM Jepang Shinzo Abe ditembak pada Jumat, (8/7/2022) pagi waktu setempat. Penembakan itu terjadi di wilayah Kota Nara. Shinzo Abe dilarikan ke rumah sakit pada pukul 11.54 dan langsung ditangani dokter. Tak tertolong, Shinzo Abe dinyatakan meninggal pada Jumat sore. Dalam laporan media Jepang NHK, Abe saat itu sedang melaksanakan pidato politik pada pukul 11.30 waktu setempat. Tiba-tiba ada suara tembakan yang membuatnya jatuh dan mengalami pendarahan.

Suasana menjelang pilpres jadinya tegang. Mencekam, dan publik tidak salah- menduga-duga akibat warning mantan Kapolri itu bahwa kejadian-kejadian yang menimpa pasangan capres dan cawapres nomor urut 1 itu ada kaitannya dengan peringatan itu, misalkan kejadian yang menimpa mantan Gubernur Banten Wahidin Halim enggan yang teror berupa pelemparan sekarung berisi 20 ular kobra ke rumahnya.  Rumah Wahidin di Tangerang dilempari sekarung ular kobra pada Rabu (25/1/2023), oleh dua orang tak dikenal.  Insiden itu terjadi saat Wahidin Halim menggelar pertemuan akbar bersama dengan Anies Baswedan dalam acara yang bertajuk "Anies Mendengar Warga Tangerang". Ada lagi kejadian Iring-iringan mobil calon presiden Anies Baswedan mengalami kecelakaan saat rangkaian kegiatan kampanye di Aceh Timur, Aceh, Minggu, 17 Desember 2023. Namun Juru Bicara Tim Nasional Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar Indra Charismiadji memastikan Anies dalam kondisi yang baik-baik saja.

Baca Juga: Komunikasi Politik Yang Menyentuh Perasaan

Pendukung para calon atau Parpol nampaknya sudah matang untuk menerima berbagai perbedaan, atau prinsip “Agree to Disagree” demi menjaga persatuan di NKRI.

Selamat berpesta demokrasi.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU