Didin Damanhuri: Bansos Secara Elektoral Prabowo Naik, Rakyat Sengsara

author Dani

- Pewarta

Kamis, 04 Apr 2024 07:23 WIB

Didin Damanhuri: Bansos Secara Elektoral Prabowo Naik, Rakyat Sengsara

Jakarta (optika.id) - Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dr. Didin S Damanhuri menyatakan, penggelontoran bantuan sosial (bansos) yang dilakukan secara gila-gilaan oleh Presiden Jokowi berdampak mendongkrak elektabiltas paslon 02 Prabowo-Gibran tetapi buruk terhadap ekonomi nasional.

Dia menyatakan hal itu ketika dihubungi , Rabu, (3/4/2024(, sebagai saksi ahli paslon 03 Ganjar-Mahfudz di persidangan MK, Selasa, 2 April 2024. Sidang itu mengadili Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) capres sampai saat ini masih berlangsung.

Baca Juga: Didin Damanhuri: Megawati Jernih Memihak Kebenaran!

Dijelaskannya, bansos sebenarnya merupakan skema dari World Bank yang disebut sebagai Jaring Pengaman Sosial (social safety net) yang diberikan pemerintah kepada rakyat untuk menjaga rakyat tidak semakin miskin atau terperosok pada situasi miskin struktural.

Di Indonesia, bansos pernah diterapkan pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi yang parah, lalu pada 2008 karena harga-harga melambung akibat inflasi dan pada 2020 karena pandemi Covid 19.

Tetapi pada 2023, bansos digalakkan lagi dengan tujuan melawan inflasi dan dampak El-Nino. Menurut Didin, alasan menaikkan bansos itu tidak tepat, sebab inflasi dalam beberapa tahun terkendali di bawah 3 persen sedangkan dampak El-Nino tidak terlalu berat bahkan pada November 2023, El Nino sudah berhenti.

Tanpa preseden

Baca Juga: Prof Didin Damanhuri: Kecurangan Pemilu 2024 Ini Benar-Benar Nyata!

Yang menimbulkan tanya, lanjut Didin, pada 2024, Bansos itu makin digalakkan dengan jumlah yang tidak pernah ada presedennya yaitu mencapai Rp496,8 triliun ditambah  automatic adjustment sebesar Rp50 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Artinya menembus jumlah lebih dari Rp500 triliun. Sesuatu yang tidak ada presedennya bahkan pada 1998 ketika ekonomi kita rusak parah tidak dikeluarkan dana sebesar itu, kata peraih gelar ekonomi dari Prancis itu.

Ternyata, ditengarai adanya maksud-maksud politik yang sangat jelas jejak digitalnya. Tujuannnya, kata Didin, adalah membantu dan mem-back up secara penuh kenaikan elektoral pasangan 02 Prabowo-Gibran. Dia menunjukkan sejumlah tindakan Presiden Jokowi yang tanpa etika dan malu-malu untuk memenangkan Gibran.

Tindakan Presiden Jokowi yang brutal dan tanpa malu itu, papar Didin, ternyata berdampak buruk bagi ekonomi rakyat banyak, khususnya terjadi gejolak harga beras.

Harga beras sejak Januari hingga saat ini, terutama premium, naik menjadi rata-rata Rp15.000 hingga Rp16.000 perliter. Sedangkan di perkotaan Jawa harga sudah di atas Rp20.000. Ini merupakan dampak buruk dari ulah Presiden Jokowi yang sengsarakan rakyat, demikian Didin S Damanhuri.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU