Peran Baru China: Power Broker

author Pahlevi

- Pewarta

Jumat, 26 Jul 2024 08:27 WIB

Peran Baru China: Power Broker

Oleh: Cak Ahmad Cholis Hamzah

Baca Juga: Media Asing Soroti Pergantian Menteri Saat Masa Jabatan Kurang 2 Bulan

Surabaya (optika.id) - Amerika Serikat bersama sekutunya negara-negara Eropa seringkali tampil sebagai penengah suatu konflik antar negara di dunia ini. Peran itu disandang dalam waktucukup lama sejak sebelum maupun setelah perang dunia ke 2. Seakan-akan tanpa tangan dingin Amerika Serikat tidak akan ada perdamaian di dunia.

Sementara itu China yang dulu dipandang sebagai negara miskin dengan gambaran penduduknya yang banyak petaninya, berpakaian lusuh, namun sekarang menjadi salah satu super power di dunia di bidang ekonomi maupun militer. Posisi ini menjadikan China sebagai negara super power baru yang membututi posisi Amerika Serikat di tingkat global. China mulai nampak melakukan investasi di berbagai negara, dan mulai muncul dengan peran baru yaitu power broker atau broker politik atau broker juru damai yang mendamaikan negara-negara yang bertikai.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menantang pengaruh AS di Timur Tengah. Misalnya pada tahun 2023, negara komunis ini membantu menengahi pemulihan hubungan diplomatik antara Iran dan Arab Saudi setelah beberapa dekade konflik proksi. Ini juga menengahi hubungan yang lebih erat dengan negara-negara Teluk yang telah lama menjadi sekutu AS. Dunia terkejut menyaksikan Saudi Arabia dan Iran yang berkonflik lama yang seakan-akan tidak bisa dipertemukan mengingat Saudi Arabia adalah sekutu Amerika Serikat di kawasan Timur Tengah tiba-tiba bisa bergandengan tangan dengan Iran berkat mediasi China.

Baca Juga: Musuh Bersama Itu Anies Baswedan

Demikian pula China tiba-tiba mengguncang dominasi Amerika Serikat ketika baru-baru ini berhasil menjadi penengah antara faksi Hamas di Gaza dan PLO di Tepi Barat Palestina. Seperti diketahui kedua faksi itu berseteru terutama dalam sikapnya menghadapi penjajahan Israel. Hamas memilih sikap keras menentang Israel dengan mengangkat senjata. Hamas yang dibantu Iran, Hisbullah Libanon, Siria, Yaman sepertinya sulit bersedia berjabatan tangan dengan PLO. Namun berkat campur tangan China keduanya sepakat untuk bersatu. Kejadian ini tentu membuat marah baik Israel maupun Amerika Serikat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menteri Luar Negeri China Wang Yi memuji kesepakatan itu "tentang pemerintahan pasca-perang Gaza dan pembentukan pemerintahan rekonsiliasi nasional sementara" sebagai "didedikasikan untuk rekonsiliasi besar dan persatuan semua 14 faksi," media pemerintah melaporkan. Ini adalah langkah berani yang menempatkan China di pusat negosiasi dalam konflik di mana AS telah lama menjadi mediator utama.

Baca Juga: There Is No Free Lunch

Sebenarnya peran menjadi penengah antara Hamas dan PLO itu juga dijalankan oleh Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla (JK) yang bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Hamas, Ismail Haniye di Doha Qatar pada Jumat (12/7/2024). JK disambut langsung oleh Ismail setibanya di lokasi pertemuan. Dalam momen pertemuan itu pak JK menyarankan pada Ismail Haniye agar Hamas bersatu dengan PLO.

China saat ini juga nampaknya akan menjadi mediator yang kredibel dalam perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung. Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban percaya bahwa perundingan damai antara Ukraina dan Rusia tidak bisa terjadi tanpa melibatkan China.

Editor : Pahlevi

BERITA TERBARU